Malam ini tugas menyambutku dengan penuh gairah,
tiga tumpuk buku paket bahasa inggris dan beberapa kertas berserakan dilantai
tempatku sedang duduk sekarang. Televisiku masih menyala, namun tak seorangpun
menghiraukan suara yang keluar dari bibir lebarnya. Ibuku sudah tertidur lelap
dan mungkin sedang bermimpi indah sewaktu ia masih kecil, bibirnya senyum dan
wajahnya terlihat ceria. Sekilas aku memperhatikan raut muka ibuku, pandangan
mengalihkanku pada selembar kertas yang berisi tugas-tugas akhir semester yang
harus aku selesaikan malam ini juga. Detik jam di dinding serasa mengejar-ngejar
seakan ingin menangkap dan memenjarakanku dalam sel tahanan.
Fikiranku kosong sinambi mengetik-ngetik keyboard
laptop yang sama sekali tak ada hubungannya dengan tugasku.
Aku merasakan apa? Rasa ini tak asing, resah,
gundah, ragu, sedih, kecewa semuanya berkumpul dalam suatu gumpalan dalam
hatiku. Beranda, profil, beranda, profil begitu terus menerus yang aku utik,
tak ada aktifitas tak ada yang aku kerjakan selain berulang-ulang mengeklik dan
mengembalikan link page sebuah FACEBOOK. Tak banyak hal yang aku tahu tentang
dunia maya ini, aku hanya suka menikmatinya untuk menghibur diri yang kini
sendiri tiada teman dan sosok kekasih. Melihat status yang di tulis
teman-temanku itu sudah menjadi hiburan tersendiri saat aku merasakan
kekecewaan. Bahkan Facebook bisa menjadi lebih lucu dari pada seorang badut
saat aku membaca status anak-anak yang alay.
Hampir tengah malam ini mataku masih dengan kuat
menatap layar laptop berwarna hitam yang dilapisi warna putih serta ada stiker
apple di tengahnya. Resah memang saat
aku sesekali melihat HP dan tak ada satupun sms yang masuk. Diam, bengong dan
terkadang senyum sendiri. Tak kuasa menahan perasaan ini, dan tak ingin menjadi
orang yang munafik aku membuka profil salah seorang yang baru sekitar seminggu
lalu aku berkenalan lewat situs ini juga. Gak biasanya dia gak muncul di
“pemberitahuanku”, sudah dua hari tak ada kabar sama sekali di profilnya.
“dia kemana?”
resah terus mengikutiku.
Aktifitas terakhirnya adalah mengupload 3 buah foto
bersama temannya.
“ganteng” senyum ini mengikuti suaraku
Perkataan macam apa ini, sedetikpun aku belum pernah
bertemu dan menatap langsung wajahnya.
“foto di Facebook itu banyak yang menipu” sisi lain
dari hatiku berusaha meyakinkan agar aku tak terlalu mudah terpengaruh oleh
perasaan ini.
“Tapi rasa ini? Rasa apa ini, aku bahagia walau
hanya melihat foto di profilnya. Aku merasa tenang melihat senyumnya disana.”
Aku rindu perasaan ini, hampir dua tahun aku tak
merasakan rasa ini. Rasa salah tingkah sendiri saat melihat matanya yang seakan
melirikku yang sedang mengamatinya dibalik sebuah layar laptop.
“haha... konyol..!” sambil menggelengkan kepala
merasa seakan aku gila dengan lirikan dari sebuah foto.
Segudang tugas yang tadinya memenuhi otakku sekarang
hilang seperti free tak ada sama sekali tugas dari ibu guru yang selalu
memberatkan siswi sepertiku.
Dari tadi aku melirik kolom chat yang ada disebelah
kanan bawah.
“mana ya namanya? Biasanya jam segini dia ada”
meyakinkan hatiku yang sangat berharap padanya.
Tak kunjung kutemukan namanya bertanda hijau yang
menandakan dia sedang online. “Harap-harap cemas”, tak terasa bibirku mulai
merah karena beberapa kali aku gigit untuk menghilangkan kecemasan dalam hati
ini. Dua jam lamanya aku menunggu seorang laki-laki yang aku kenal dari
Facebook itu. Diam-diam rasa ini terus menghantuiku, dan diam-diam aku mulai
suka.
“hah, aku suka?”
Bibirku tersenyum ketika aku mulai memahami perasaanku
malam ini.
Detik ke 45 menuju pukul 10 malam, mataku
terbelangak dan bibirku menekuk. Tanda hijau itu muncul dinamanya. Wahh,
wajahku sumringah melihat hal itu, Allah mengabulkan harapanku.
Apa yang harus aku lakukan sekarang, bingung ! drum
ini berbunyi keras, tangan kiriku merasakan getaran yang muncul dari jantung
ini.
Aku menunggu beberapa waktu agar dia ngechat aku
dulu dan sambil terus berharap.
“ lho, kok ilang??” dia kembali lagi offline.
“ Ya Allah ku mohon” wajahku mulai kusut.
Beberapa menit terus ku tunggu, jari-jariku
mengetuk-ngetuk lantai tak berirama.
“ alhamdulilah, trimakasih Ya Allah “ kembali tersenyum lebar karena dia online lagi.
Tak menunggu lama lagi aku duluan yang menyapanya,
“ L” aku mengirimnya emotion sedih
Dengan cepat dia langsung menelfonku lewat facebook.
Sekitar lima kali dia menelfon dan sekalipun aku tak
mengangkatnya, ini sudah malam dan tak mungkin aku bisa mengangkat, ibu sedang
tertidur lelap disampingku.
“ kok cemberut?” tiba-tiba dia membalasnya
“aku capek nungguin kamu sms aku” aku menuntutnya
yang sudah 2 hari ini gak menghubungiku.
“ya Allah maaf, Hpku eror lagi” untuk yang kesekian
kalinya alasan Hpnya rusak.
“mesti gitu” seakan aku gak terima dengan alasannya
“ Ya Allah beneran, maaf ya J”
Kalau dia sudah mintak maaf apa daya, aku tak bisa kalau
tidak memaafkannya. Hati ini terlalu lemah.
Chat terus berlanjut dan entah mengapa hatiku
seperti bunga yang baru saja disirami air, rasanya sejuk, segar, tenang dan
bahagia. Tugas dihadapan yang tadinya serasa mencekik leherku kini semua ku
kerjakan degan penuh senyuman.
Ya, aku telah menemukan siapa penyemangatku. Kamu,
kamu yang selalu membuatku senyum dengan sedikit perhatian dan kedewasaanmu.
Karena kamu, karena perintahmu yang hanya kau tuliskan lewat Facebook, aku
selesaikan tugas-tugas segunung ini dengan penuh semangat.
“thanks udah jadi penyamangat dalam hidupku yang
sekian lama terpuruk dalam kegalauan”
duh, jadi inget cerita waktu masih muda.. nungguin si dia online, pas dia online ga tau mau ngomong apa.. happy blogging ^^
BalasHapus