Ketika aku sudah benar-benar mantap dengan pilihanku, aku
dibingungkan dengan suatu hal
Waktu itu hari jum’at, di sekolah yang telah mengajariku
selama 3 tahun dan untuk yang kesekian kalinya aku remidi biologi. Untuk anak cowok
remidinya lebih awal so pasti karena mereka harus melakukan ibadah wajib buat
para cowok. Dan aku menunggu giliran hingga pukul 11.30
Aku pun masuk kelas dan melaksanakan remidi seperti
biasa. Higga giliran terakhir akupun masih disekolah, sebenarnya berniat untuk
belajar kelompok.
Remidi selesai akupun mencoba mencari jawaban yang benar,
B.Endang memang guru yang baik walau dia selalu seenaknya sendiri, tapi beliau
tidak mudah tersinggung seperti guru-guru lain walau kelasku sengat nakal. Saat
itu juga ku dan temanku Kiki disuruh mengumpulkan buku ulangan ke kantor.
Baliau tetap dikelas karena ada sesuatu yang ditunggu. Sampai dikantor aku
bertemu dengan guru fisikaku P.Riadi beliau bertanya-tanya tentang kelanjutan
belajarku kelak. Sekitar 10 menit aku,kiki dan P.Riadi berbincang-bincang Bu
Endangpun masuk ke kantor dan menanyaiku
“ Erna mau
kemana?”
“akbid buk” tegasku
“ sudah dibilang jangan akbid, akbid itu sudah over
produk, akbid itu sudah sangat banyak, semuanya kok bidan. Kamu itu pinter eman
kalau jadi bidan, pilih analis atau farmasi aja. Kalau dulu jadi bidan itu
memang bagus kalau sekarang bidan sudah dimana-mana.....” dan beliau
menasehatiku seperti orang tuaku sendiri. Selalu menasehatiku untuk menentukan
pilihan selain bidan hingga pukul 13.00. Beliau
dalam berkata memang kasar dan aku sama sekali tidak tersinggung. Dulu
kelas XII sebenarnya aku sudah dilarang sama B. Endang ketika aku ingin menjadi
seorang bidan, “tapi bagaimana?? Aku sudah mantap bu, keluarga dan saudara
semuanya juga sudah setuju” terangku
“ ojo nduk, timbang sokmben nyesel”
“ya allah, gimana bu” lemes
Selama berbincang dengan Bu Endang aku tak mendengarkan
apa yang Pak Riadi dan Kiki bicarakan. Tapi Pak Riadi bilang padaku “ nduk
memang benar Bu Endang Poltekes itu menyarankan jangan membawa anak yang ingin
masuk Akbid. Karena sudah terlalu banyak.
“ ya allah aku benar-benar lemes, aku harus gimana?”
pikirku dalam hati
Bersandar di meja guru dengan menekuk wajah yang mulai
kusut. Aku terdiam, apa aku harus merubah rencana hidupku? Aku harus melepaskan
akbid yang selama ini kurangkai untuk masa depanku. Sekarang aku memang optimis
menjadi bidan tapi kalau mencari kerja susah apa gunanya. Analis ya analis
sepertinya aku mulai melirik itu. Tapi satu sisi aku masih sangat berat. Aku
sudah membuat celengan yang bertuliskan “ bidan sukses Nana !” dan ayahkupun
setiap hari membantuku untuk mengisi kotak yang aku buat dari kardus itu setiap
hari.
Ya Allah di setiap sujudku aku selalu memanjatkan doa
agar aku di beri petunjuk, petunjuk yang benar-benar Engkau ridhai, berikan
pilihan yang benar-benar baik untuk masa depanku Ya Allah. Dan tak ada kata
menyesal untuk masa depanku. Jangan sampai aku mengecewakan orang tuaku dan
semoga pilihanku kelak bisa membuat orang tuaku bahagia. Amin J
Ya Allah beri aku petunjuk
. Galauuu Bukk .. :D
BalasHapus. Ya Di Pikir Mateng Dlu, Mana Yang Lebih Baikk, Mana Yang Kelihatan Mudah Untuk Di Capai, Mana JugaYang Lebih Bisa Buat Orang Di Sekitar.Mu Bahagia ... :D
bingung pakkk :D
BalasHapus