Sabtu, 15 September 2012

Beri aku petunjuk Ya Allah



Ketika aku sudah benar-benar mantap dengan pilihanku, aku dibingungkan dengan suatu hal
Waktu itu hari jum’at, di sekolah yang telah mengajariku selama 3 tahun dan untuk yang kesekian kalinya aku remidi biologi. Untuk anak cowok remidinya lebih awal so pasti karena mereka harus melakukan ibadah wajib buat para cowok. Dan aku menunggu giliran hingga pukul 11.30
Aku pun masuk kelas dan melaksanakan remidi seperti biasa. Higga giliran terakhir akupun masih disekolah, sebenarnya berniat untuk belajar kelompok.
Remidi selesai akupun mencoba mencari jawaban yang benar, B.Endang memang guru yang baik walau dia selalu seenaknya sendiri, tapi beliau tidak mudah tersinggung seperti guru-guru lain walau kelasku sengat nakal. Saat itu juga ku dan temanku Kiki disuruh mengumpulkan buku ulangan ke kantor. Baliau tetap dikelas karena ada sesuatu yang ditunggu. Sampai dikantor aku bertemu dengan guru fisikaku P.Riadi beliau bertanya-tanya tentang kelanjutan belajarku kelak. Sekitar 10 menit aku,kiki dan P.Riadi berbincang-bincang Bu Endangpun masuk ke kantor dan menanyaiku
 “ Erna mau kemana?”
“akbid buk” tegasku
“ sudah dibilang jangan akbid, akbid itu sudah over produk, akbid itu sudah sangat banyak, semuanya kok bidan. Kamu itu pinter eman kalau jadi bidan, pilih analis atau farmasi aja. Kalau dulu jadi bidan itu memang bagus kalau sekarang bidan sudah dimana-mana.....” dan beliau menasehatiku seperti orang tuaku sendiri. Selalu menasehatiku untuk menentukan pilihan selain bidan hingga pukul 13.00.  Beliau  dalam berkata memang kasar dan aku sama sekali tidak tersinggung. Dulu kelas XII sebenarnya aku sudah dilarang sama B. Endang ketika aku ingin menjadi seorang bidan, “tapi bagaimana?? Aku sudah mantap bu, keluarga dan saudara semuanya juga sudah setuju” terangku
“ ojo nduk, timbang sokmben nyesel”
“ya allah, gimana bu” lemes
Selama berbincang dengan Bu Endang aku tak mendengarkan apa yang Pak Riadi dan Kiki bicarakan. Tapi Pak Riadi bilang padaku “ nduk memang benar Bu Endang Poltekes itu menyarankan jangan membawa anak yang ingin masuk Akbid. Karena sudah terlalu banyak.
“ ya allah aku benar-benar lemes, aku harus gimana?” pikirku dalam hati
Bersandar di meja guru dengan menekuk wajah yang mulai kusut. Aku terdiam, apa aku harus merubah rencana hidupku? Aku harus melepaskan akbid yang selama ini kurangkai untuk masa depanku. Sekarang aku memang optimis menjadi bidan tapi kalau mencari kerja susah apa gunanya. Analis ya analis sepertinya aku mulai melirik itu. Tapi satu sisi aku masih sangat berat. Aku sudah membuat celengan yang bertuliskan “ bidan sukses Nana !” dan ayahkupun setiap hari membantuku untuk mengisi kotak yang aku buat dari kardus itu setiap hari.
Ya Allah di setiap sujudku aku selalu memanjatkan doa agar aku di beri petunjuk, petunjuk yang benar-benar Engkau ridhai, berikan pilihan yang benar-benar baik untuk masa depanku Ya Allah. Dan tak ada kata menyesal untuk masa depanku. Jangan sampai aku mengecewakan orang tuaku dan semoga pilihanku kelak bisa membuat orang tuaku bahagia. Amin J
Ya Allah beri aku petunjuk

2 komentar:

  1. . Galauuu Bukk .. :D

    . Ya Di Pikir Mateng Dlu, Mana Yang Lebih Baikk, Mana Yang Kelihatan Mudah Untuk Di Capai, Mana JugaYang Lebih Bisa Buat Orang Di Sekitar.Mu Bahagia ... :D

    BalasHapus